Link

Kamis, 28 Agustus 2014

ELISA, Siapa Dia???

Dear Dreamers!

Pagi-pagi sekali, pukul 04.00, Mbak Sausan membangunkan saya, Cendra, Nugrah, dan Indah. Pak Arief datang ke BSD untuk mengantarkan beberapa barang yang akan dibawa teman-teman saya kembali ke Sumbawa, di antaranya pigura dan enzim—sebelumnya beliau juga menyerahkan jurnal untuk koleksi perpustakaan fakultas. Beliau juga menyampaikan beberapa pesan kepada kami.

Setelah itu teman-teman yang lain mulai bangun dan packing barang masing-masing. Saya pun menemani mereka mengemasi barang hingga pukul 07.15. Setelah itu, saya pamitan untuk kembali ke Dharmais. Hiks, sedih juga sih, akhirnya petualangan kami kali ini berakhir sudah. Sampai ketemu di Sumbawa guys!
Kembali perjalanan panjang saya lakoni. Dari BSD saya naik angkot ke Rawa Buntu, lalu menggunakan commuter line menuju Jakarta dan turun di stasiun Palmerah. Dari stasiun Palmerah, saya berjalan menuju stasium busway terdekat: stasiun Slipi Petamburan. Jaraknya lumayan juga, sekitar 20 menit berjalan kaki.

Sesampainya di Dharmais, saya lalu membantu Bu Febri untuk preaktek hari ini: tes ELISA. Dulu saya sempat bingung, apa ELISA ini nama orang? Namun hari ini saya menemukan jawabannya. ELISA, atau Enzyme-Linked Immunosorbent Assay adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.

Ada beberapa tipe dari ELISA, yaitu Indirect, Sandwich, dan Competitive. Masing-masing memiliki cirinya masing-masing. Pada Indirect ELISA, Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama dari metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap protein pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang. Pada Sandwich ELISA, keuntungan utama dari metode ini adalah kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi. Sedangkan dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal, semakin lemah sinyal yang dihasilkan.

Pada eksprerimen kali ini, Bu Febri menggunakan metode Sandwich ELISA, di mana dalam eksperimen ini yang ingin dianalisa adalah jumlah molekul IFN (interferon) dan IL (interleukin), molekul bagian dari protein sitokin pada mekanisme sistem imun. Tes ELISA ini durasinya agak panjang, karena dalam tiap tahap memerlukan tahap inkubasi dan pencucian (washing). Hasil eksperimen di lab kemudian dibaca dengan ELISA Reader kemudian dianalisa.

Hari ini saya cukup banyak berbincang dengan Bu Febri dan Kak Rizky, karena ada cukup banyak waktu untuk beristirahat, misalnya saat masa inkubasi. Bu Febri dan Kak Rizky banyak bercerita tentang pengalaman saat mengerjakan ELISA, dan eksperimen ini juga akan saya lakukan di Tsukuba nanti, jadi harus dipelajari lebih banyak.


Well, demikian ya cerita hari ini. Ikuti perjalanan saya selanjutnya ya! J

Foto: hasil ELISA




Habis eksperimen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar